Selasa, 11 Desember 2018

Geologi Regional Jampang , Jawa Barat

Zona Fisiografi Jawa Barat  (Van Bemmelen , 1949).

1  Fisiografi Regional

Berdasarkan Van Bemmemlen (1949) fisiografi Jawa Barat dapat dibagi menjadi 6 zona antara lain :

1.      Dataran Pantai Jakarta
2.      Antiklinorium Bogor
3.      Kubah dan Punggungan pada zona depresi tengah
4.      Gunung api Kuarter
5.      Zona depresi Tengah ( Zona Bandung)
6.      Pegunungan Selatan Jawa Barat

2  Stratigrafi Regional

Rab Sukamto (1975) dalam Peta Geologi Lembar Jampang dan Balekambang , Jawa dengan skala 1 : 100.000 membagi ke dalam beberapa formasi antara lain :
Peta Regional Jampang dan Balekambang (Sukamto, 1975)
Batuan Pra – Tersier

Satuan batuan pra- Tersier ini terdiri atas batuan metamorf. Batuan ini merupakan batuan yang tertua yang tersingkap di daerah ini. Satuan ini terdiri atas sekis, amfibolit, filit, kwarsit, gabro yang berselingan dengan peridotit.

Formasi Ciletuh

Satuan ini terdiri dari batupasir kwarsa, konglomerat kwarsa, batulempung kelabu, serpih , batusabak, breksi polimik. Satuan ini menindih secara tidak selaras dengan batuan metamorf yang merupakan batuan dasar dari pulau jawa. Selain itu batuan ini termetamorfiskan lemah dan dekat dengan persentuhan dengan batuan pra – Tersier.

Formasi Rajamandala

Satuan ini menindih secara selaras Formasi Ciletuh terdiri dari konglomerat polimik , batupasir kwarsa, batulempung, napal, dan tufa. Sebagian menagndung serpihan batubara. Diperkirakan satuan ini dikorelasikan dengan anggota lempung, napal,dan batupasir kwarsa dari Formasi Rajamandala di Lembar Cianjur (Sudjatmiko, 1972).

Formasi Jampang

Satuan ini terdiri atas 3 satuan yaitu : Breksi Volkanik , Tufa dari anggota Cikarang dan Lava dari anggota Ciseureuh. Satuan ini tidak selaras dangan Formasi Rajamandala dan Formasi Ciletuh. Satuan ini diendapkan di lingkungan laut. Umur satuan ini diperkirakan Miosen Awal.

Formasi Lengkong

Satuan ini terdiri atas napal, batulempung, batupasir gampingan, tufa ,dan bapa bagian bawah terdapat tufa lapili dan breksi gampingan. Satuan ini diendapkan secara selaras dari Formasi Jampang. Umur satuan ini diperkirakan  Miosen Awal.

Formasi Cimandiri

Satuan ini terdiri atas tiga satuan antara lain : Satuan Batulempung (Anggota Nyalindung), Satuan Batugamping (Anggota Bojonglopang), dan Satuan Batupasir. Bagian utama formasi ini adalah batupasir, dengan perselingan dengan konglomerat, batulempung dan batugamping. Satuan ini diperkirakan berumur Akhir Miosen Tengah. Satuan ini diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Lengkong dan Formasi Jampang.

Formasi Beser

Satuan ini terdiri atas 2 satuan antara lain : Satuan Klastika gunungapi dan Satuan Lava. Bagian utama dari formasi ini terdiri atas breksi gunungapi, breksi lahar, breksi tufa, tufa , dan konglomerat. Sedangkan Lava andesit (anggota Cikondang) membentuk bukit – bukit kasar. Formasi Beser ini menindih secara tak selaras Formasi Cimandiri dan Formasi Jampang. Satuan ini diperkirakan diendapkan  di lingkungan darat dan pantai.

Formasi Bentang

Satuan ini dibagi menjadi 2 yaitu : Formasi Bentang bagian bawah dan bagian atas. Formasi Bentang bagian atas terdiri atas : Tufa kristal, tufa abu , tufa batu, pada umumnya napalan dan berbatu apung. Sedangkan Foramsi Bentang bagian bawah terdiri atas : batupasir, batulempung, batupasir gampingan , breksi tufa, batugamping, dan konglomerat. Formasi ini menindih secara tidak selaras dengan Formasi jampang dan di daerah barat berubah secara berangsur menjadi formasi beser. Umur Formasi diperkirakan Miosen akhir.

Formasi Cibodas

Satuan ini terdiri atas : batugamping, sebagian tufaan, batupasir gampingan. Bagian tara dan timur berangsur berubah menjadi formasi Bentang. Formasi ini diperkirakan berumur Miosen Akhir.

 Endapan Kuarter

Endapan Kuarter ini berupa endapan pantai , endapan batugamping terumbu koral, dan endapan undak muda. Ciri dari endapan ini berupa material lepas yang belum terkompaksi. Endapan ini diendapkan secara tidak selaras dengan satuan lainnya. Satuan ini merupakan endapan yang palin muda.

Selain endapan sedimen di daerah ini terdapat beberapa intrusi batuan antara lain

Dasit Ciemas

Intrusi Dasit dengan ciri : Fanerik, porfir, kelabu terang, fenokris bersudut, beberapa kristal kwarsa sepanjang 2 cm; intrusi berada di sekitar Kampung Ciemas, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Intrusi ini merupakan pembawa zona mineralisasi emas . Satuan Dasit Ciemas ini menerobos Formasi Jampang.

Porfir Cilegok

Menerobos secara konkordan di Anggota Cikarang, Formasi Jampang. Terdiri dari andesit dan basal porfir, kelabu gelap dan terubah secara hidrotermal batuan sekitarnya.

Struktur Geologi Regional`

Struktur geologi regional Jawa Barat dibagi menjadi tiga pola utama yaitu Pola Meratus, Pola Sumatera, dan Pola Sunda (Martodjojo, 1984) yang diilustrasikan pada Gambar 3. Pola-pola tersebut merupakan hasil dari aktivitas lempeng-lempeng yang bekerja di sekitar wilayah regional penelitian dengan arah tegasan utama yang berbeda-beda yang diinterpretasikan sebagai adanya perubahan rezim tektonik dari waktu ke waktu.

Pola Meratus mempunyai arah timur laut-barat daya (NE-SW). Pola ini tersebar di daerah lepas pantai Jawa Barat dan Banten. Pola ini diwakili oleh Sesar Cimandiri, Sesar Naik Rajamandala, dan sesar-sesar lainya. Meratus lebih diartikan sebagai arah yang mengikuti pola busur umur Kapus yang menerus ke Pegunungan Meratus di Kalimantan (Katili, 1974, dalam Martodjojo, 1984).

Pola Sumatera mempunyai arah baratlaut-tenggara (NW-SE). Pola ini tersebar di daerah Gunung Walat dan sebagian besar bagian selatan Jawa Barat. Pola ini diwakili oleh Sesar Baribis, sesar-sesar di daerah Gunung Walat, dan sumbu lipatan pada bagian selatan Jawa Barat. Arah Sumatera ini dikenal karena kesejajaranya dengan Pegunungan Bukit Barisan (Martodjojo, 1984).

Pola Sunda mempunyai arah utara-selatan (N-S). Pola ini tersebar di daerah lepas pantai utara Jawa Barat berdasarkan data-data seismik. Arah ini juga terlihat pada Sesar Cidurian, Blok Leuwiliang. Arah sunda ini diartikan sebagai pola yang terbentuk pada Paparan Sunda (Martodjojo, 1984)

 Daftar Pustaka

Martodjojo. 1984. Evolusi Cekungan Bogor. Bandung : ITB. Tidak dipublikasikan

Sudjatmiko.1972.Peta Geologi Lembar Cianjur , Jawa. Bandung : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

Sukamto, Rab.1975. Peta Geologi Lembar Jampang dan Balekambang, Jawa. Bandung : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

Van Bemmelen , 1949.The Geology of Indonesia vol. 1 A. Government Printing Office, The Hague, Martinus Nijhoff, vol. 1A, Netherlands

Read More

Senin, 10 Desember 2018

Geologi Struktur Daerah Jawa

Perkembangan tektonik pulau Jawa dapat dipelajari dari pola-pola struktur geologi dari waktu ke waktu. Struktur geologi yang ada di pulau Jawa memiliki pola-pola yang teratur. Secara geologi pulau Jawa merupakan suatu komplek sejarah penurunan basin, pensesaran, perlipatan dan vulkanisme di bawah pengaruh stress regime yang berbeda-beda dari waktu ke waktu. Secara umum, ada tiga arah pola umum struktur yaitu arah Timur Laut –Barat Daya (NE-SW) yang disebut pola Meratus, arah Utara – Selatan (N-S) atau pola Sunda dan arah Timur – Barat (E-W) (Gambar 7).

Perubahan jalur penunjaman berumur kapur yang berarah Timur Laut – Barat Daya (NE-SW) menjadi relatif Timur – Barat (E-W) sejak kala Oligosen sampai sekarang telah menghasilkan tatanan geologi Tersier di Pulau Jawa yang sangat rumit disamping mengundang pertanyaan bagaimanakah mekanisme perubahan tersebut. Kerumitan tersebut dapat terlihat pada unsur struktur Pulau Jawa dan daerah sekitarnya

Gambar 7. Pola stuktur di Pulau Jawa berupa pola Meratus , pola Sunda dan arah Timur – Barat (Sujanto dan Sumantri , 1977 dalam Natalia dkk., 2010).
Pola Meratus di bagian barat terekspresikan pada Sesar Cimandiri, di bagian tengah terekspresikan dari pola penyebarab singkapan batuan pra- Tersier di daerah KarangSambung. Sedangkan di bagian timur ditunjukkan oleh sesar pembatas Cekungan Pati, “Florence” timur, “Central Deep”. Cekungan Tuban dan juga tercermin dari pola konfigurasi Tinggian Karimun Jawa, Tinggian Bawean dan Tinggian Masalembo. Pola Meratus tampak lebih dominan terekspresikan di bagian timur. 

Pola Sunda berarah Utara - Selatan, di bagian barat tampak lebih dominan sementara perkembangan ke arah timur tidak terekspresikan.Ekspresi yang mencerminkan pola ini adalah pola sesar-sesar pembatas Cekungan Asri, Cekungan Sunda dan Cekungan Arjuna.

Pola Sunda pada Umumnya berupa struktur regangan.Pola Jawa di bagian barat pola ini diwakili oleh sesar-sesar naik seperti sesar Beribis dan sesar-sesar dalam Cekungan Bogor. Di bagian tengah tampak pola dari sesar-sesar yang terdapat pada zona Serayu Utara dan Serayu Selatan (Gambar 8). Di bagian Timur ditunjukkan oleh arah Sesar Pegunungan Kendeng yang berupa sesar naik.

Dari data stratigrafi dan tektonik diketahui bahwa pola Meratus merupakan pola yang paling tua. Sesar-sesar yang termasuk dalam pola ini berumur Kapur sampai Paleosen dan tersebar dalam jalur Tinggian Karimun Jawa menerus melalui Karang Sambung hingga di daerah Cimandiri Jawa Barat. Sesar ini teraktifkan kembali oleh aktivitas tektonik yang lebih muda. Pola Sunda lebih muda dari pola Meratus. Data seismik menunjukkan Pola Sunda telah mengaktifkan kembali sesar-sesar yang berpola Meratus pada Eosen Akhir hingga Oligosen Akhir. 

Pola Jawa menunjukkan pola termuda dan mengaktifkan kembali seluruh pola yang telah ada sebelumnya (Pulunggono, 1994 dalam Natalia dkk., 2010 ). Data seismik menunjukkan bahwa pola sesar naik dengan arah barat-timur masih aktif hingga sekarang.

Gambar 8. Pola struktur dan sesar di Pulau Jawa ( Natalia dkk., 2010)

Referensi ;
Natalia, Eka P., Taufiq Andhika , Roid Faqih M., Dharmaleksa S.E.P, Ade AkhyarNurdin , Belly Dharana Kertiyasa , Novianto Dwi Nugrohao, Bayu Hari Utomo. 2010.”Geologi Pulau  Jawa”. Univesitas Jenderal Soedirman : Purbalingga.
Read More

Sabtu, 08 Desember 2018

Tektonik Cekungan Kutai

Tektonik Cekungan Kutai di sebelah utara berbatasan dengan Bengalon dan Zona Sesar Sangkulirang, di selatan berbatasan dengan Zona Sesar Adang, di barat dengan sedimen-sedimen Paleogen dan metasedimen Kapur yang terdeformasi kuat dan terangkat dan membentuk daerah Kalimantan Tengah, sedangkan di bagian timur terbuka dan terhubung denganlaut dalam dari Cekungan Makassar bagian Utara.

Elemen Struktur bagian timur Cekungan Kutai. (Beicip, 1992, op.cit. Allen dan Chambers, 1998. )
Cekungan Kutai dapat dibagi menjadi fase pengendapan transgresif Paleogen  dan pengendapan regresif  Neogen. Fase Paleogen dimulai dengan ekstensi pada tektonik dan pengisian cekungan selama Eosen dan memuncak pada fase longsoran tarikan post-rift dengan diendapkannya serpih laut dangkal dan karbonat selama Oligosen akhir. Fase Neogen dimulai sejak Miosen Bawah sampai sekarang, menghasilkan progradasi delta dari Cekungan Kutai sampai lapisan Paleogen. Pada Miosen Tengah dan lapisan yang lebih muda di bagian pantai dan sekitarnya berupa sedimen klastik regresif yang mengalami progradasi ke bagian timur dari Delta Mahakam secara progresif lebih muda menjauhi timur.

Sedimen-sedimen yang mengisi Cekungan Kutai banyak terdeformasi oleh lipatan-lipatan yang subparalel dengan pantai.  Intensitas perlipatan semakin berkurang ke arah timur, sedangkan lipatan di daerah dataran pantai dan lepas pantai terjal, antiklin yang sempit dipisahkan oleh sinklin yang datar. Kemiringan cenderung meningkat sesuai umur lapisan pada antiklin. Lipatan-lipatan terbentuk bersamaan dengan sedimentasi berumur Neogen. Banyak lipatan-lipatan yang asimetris terpotong oleh sesar-sesar naik yang kecil, secara umum berarah timur, tetapi secara lokal berarah barat.

Cekungan Kutai dari Oligosen akhir – sekarang. (Beicip, 1992, op.cit. Allen dan Chambers, 1998.)
Pada Kala Oligosen (Tersier awal) Cekungan Kutai mulai turun dan  terakumulasi sediment-sediment laut dangkal khususnya mudstone, batupasir sedang dari Formasi serpih Bogan dan Formasi Pamaluan. Pada awal Miosen, pengangkatan benua ( Dataran Tinggi Kucing) ke arah barat dari tunjaman menghasilkan banyak sedimen yang mengisi Cekungan Kutai pada formasi delta-delta sungai, salah satunya di kawasan Sangatta. Ciri khas sedimen-sedimen delta terakumulasi pada Formasi Pulau Balang, khususnya sedimen dataran delta bagian bawah dan sedimen batas laut, diikuti lapisan-lapisan dari Formasi Balikpapan yang terdiri atas mudstone, bataulanau, dan batupasir dari lingkungan pengendapan sungai yang banyak didominasi substansi gambut delta plain  bagian atas yang kemudian membentuk lapisan-lapisan batubara pada endapan di bagian barat kawasan Pinang. Subsidenceyang berlangsung terus pada waktu itu kemungkinan tidak seragam dan meyebabkan terbentuknya sesar-sesar pada sedimen-sedimen.Pengendapan pada Formasi Balikpapan dilanjutkan dengan akumulasi lapisan-lapisan Kampung Baru pada kala Pliosen. Selama Kala Pliosen, serpih dari serpih Bogan dan Formasi Pamaluan yang sekarang terendapkan sampai kedalaman 2000 meter, menjadi  kelebihan tekanan dan tidak stabil, menghasilkan pergerakan diapir dari serpih ini melewati sedimen-sedimen diatasnya menghasilkan struktur antiklin-antiklin rapat yang dipisahkan oleh sinklin lebih datar melewati Cekugan Kutai dan pada kawasan Pinang terbentuk struktur Kerucut Pinang dan Sinklin Lembak.

Referensi :

Allen, G.P., dan Chambers,J.L.C.,1998, Sedimentation in the Modern and Miocen Mahakam Delta. IPA, hal. 156-165
Read More

Struktur Batuan Sedimen Beserta Diskripsinya

Graided_bedding_sed._rocks
Struktur batuan sedimen dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Struktur Primer (sygenetic); struktur yang terbentuk bersama dengan pembentukan batuan sedimen itu sendiri :
a. Struktur Fisika; struktur yang terbentuk karena proses fisika (berupa arus/gelombang)
  • Bedding, Cross-bedding, Graded-bedding, Inverted graded-bedding, Lamination.
  • Tidak ada kenampakan struktur; Massif.
  • Berdasar kenampakannya di permukaan batuan; Ripple marks, Tool marks, Flute cast, Mud cracks, Rain print.
  • Karena proses deformasi; Load cast, Convolute structure.
b. Struktur Biologi; struktur  yang terbentuk karena aktivitas organisme biologis.
  • Track, Trail (jejak)
  • Burrow (galian)
  • Cast, Mold (cetakan)
c. Struktur Kimia; struktur yang terbentuk karena aktivitas kimiawi.
  • Nodule, Konkresi.
2. Struktur Sekunder (epigenetic); struktur yang terbentuk setelah terbentuknya batuan sedimen tersebut, seperti fault, fold, jointing.

Dari klasifikasi tersebut, beberapa struktur yang umum ditemukan pada batuan sedimen antara lain :

1. BeddingBeddingAtau biasa dikenal sebagai Struktur Berlapis. Struktur ini merupakan ciri khas batuan sedimen yang memperlihatkan susunan lapisan-lapisan (beds) pada batuan sedimen dengan ketebalan setiap lapisan ≥ 1 cm.

2. Cross-BeddingCross_beddingPerlapisan Silang-Siur (Cross-Bedding), batuan sedimen berstruktur ini memperlihatkan struktur perlapisan yang saling potong memotong. Terbentuk karena pengaruh perubahan energi ataupun arah arus pada saat sedimentasi berlangsung.

3. Graded-BeddingGraded_beddingStruktur Perlapisan Bergradasi (Graded-Bedding), memiliki ciri-ciri ukuran butir penyusun batuan sedimen yang berubah secara gradual, yaitu makin ke atas ukuran butir yang semakin halus, dimana pada proses pembentukkannya butiran yang lebih besar terendapkan terlebih dahulu sedangkan yang lebih halus terendapkan di atasnya.

4. Lamination/LaminasiLaminationMerupakan Struktur Perlapisan (Bedding) dengan ketebalan masing-masing lapisan (bed thickness) yang kurang dari 1 cm.

5. Inverted Graded-BeddingInverted_graded_bedding_schNormalnya, struktur graded-bedding memperlihatkan perubahan gradual butiran yang semakin ke atas semakin halus. Akan tetapi karena suatu pengaruh tertentu, perubahan gradual butiran yang terbalik (makin ke bawah semakin halus) dapat terbentuk pada suatu batuan sedimen dan menyebabkan suatu kenampakan struktur Bergradasi Terbalik (Inverted Graded-Bedding).

6. Slump

Struktur Slump (luncuran), salah satu struktur batuan sedimen yang berbentuk lipatan kecil meluncur ke bawah karena adanya suatu pengangkatan pada suatu lapisan yang belum terkonsolidasi sempurna.

7. Load CastLoad_castMerupakan struktur batuan sedimen yang berupa lekukan di permukaan ataupun bentukan tak beraturan karena pengaruh suatu beban di atas batuan tersebut.

8. Flute CastFlute_castSuatu struktur batuan sedimen yang berupa gerusan di permukaan lapisan batuan karena pengaruh suatu arus.
9. Wash Out
Wash out adalah kenampakan struktur batuan sedimen sebagai hasil dari erosi tiba-tiba karena pengaruh suatu arus kuat pada permukaannya.
10. StromatoliteStromatoliteStromatolite adalah struktur lapisan batuan sedimen dengan susunan berbentuk lembaran mirip terumbu yang terbentuk sebagai hasil dari aktivitas cyanobacteria.

11. Tool MarksTool_marksStruktur ini hampir sama dengan flute cast, namun bentuk gerusan pada permukaan/lapisan batuan sedimen diakibatkan oleh gesekan benda/suatu objek yang terpengaruh arus.

12. Rain PrintRain_dropRain print atau rain marks merupakan suatu kenampakan/struktur pada batuan sedimen akibat dari tetesan air hujan.

13. Burrow
BurrowStruktur kenampakan pada lapisan batuan sedimen berupa lubang atau galian hasil dari suatu aktivitas organisme.

14. TrailTrailKenampakan jejak pada batuan sedimen berupa seretan bagian tubuh suatu makhluk hidup/organisme.

15. TrackLithified_dino_tracksSeperti struktur trail, track merupakan kenampakan jejak berupa tapak kaki suatu organisme.

16. Mud CracksMud_cracksBentuk retakan-retakan (cracks) pada lapisan lumpur (mud) yang umumnya berbentuk polygonal.

17. Flame Structureflame_structureFlame structure, kenampakan struktur yang seperti lidah/kobaran api. Struktur ini dapat terbentuk ketika suatu sedimen yang belum terlitifikasi sempurna terbebani oleh suatu lapisan sedimen yang lebih berat di atasnya.
Read More

KLASIFIKASI BATUAN BEKU

Fenton menggolongkan batuan beku berdasarkan tekstur dan tempat terbentuknya. Batuan beku memiliki beragam tekstur yang dipengaruhi oleh tempat dan kedalaman terbentuknya. Kedalaman yang berbeda menyebabkan batuan beku memiliki tekstur yang berbeda pula.
Kelompok batuan beku menurut Fenton :
  • Batuan berbutir kasar; terbentuk jauh di kedalaman, dan memiliki ukuran kristal yang cukup besar.
  • Batuan berbutir halus; terbentuk di dekat permukaan atau di permukaan, dan memiliki kristal yang sangat kecil.
  • Batuan glassy; umumnya terbentuk/membeku pada permukaan aliran lava, karena pendinginannya yang sangat cepat menyebabkan mineral-mineralnya tidak sempat mengkristal.
  • Batuan fragmental; terbentuk dari lemparan kuat material letusan suatu gunung berapi. Terdiri dari banyak butiran dan pecahan yang telah disatukan oleh panas gunung berapi.
Fenton juga menjelaskan bahwa batuan beku akan berwarna cerah apabila mengandung sedikit “iron-magnesian minerals”, dan akan berwarna gelap apabila mengandung banyak “iron-magnesian minerals”. Contoh batuan beku yang digolongkan menurut Fenton adalah Granit dan Sianit.
Penggolongan batuan beku menurut Fenton memiliki kelebihan, yaitu digunakannya plagioklas sebagai kunci mineral sehingga lebih terperinci. Namun memiliki kekurangan pada ukuran butir batuan berbutir kasar yang masih dalam satu golongan.
Sampel Granit.
.
Klasifikasi Batuan Beku Menurut Russel B. Travis
Travis menggolongkan batuan beku berdasarkan tekstur dan komposisi kimia.
1. Tekstur
Oleh Travis, batuan beku dapat digolongkan berdasar syarat teksturalnya :
a. Tingkat kristalinitas (degree of crystalline)
  • Holocrystalline, seluruhnya kristalin.
  • Hypocrystalline (hyalocrystalline/merocrystalline), sebagian tersusun dari kaca (glass).
  • Holohyaline (glassy), seluruhnya tersusun dari glass.
b. Ukuran butir (grain size)
1) Phaneritic, tersusun dari butiran yang kasat mata;
  • Butiran kasar (coarse grained), tersusun dari butiran berdiameter >5mm.
  • Butiran sedang (medium grained), tersusun dari butiran berdiameter 1-5mm.
  • Butiran halus (fine grained), tersusun dari butiran <1mm.
2) Aphanitic, tersusun dari butiran tak kasat mata.
  • Microcrystalline, tersusun dari butiran yang dapat diamati dengan mikroskop.
  • Cryptocrystalline, tersusun dari butiran yang tidak dapat diamati dengan mikroskop, tetapi keseluruhannya merupakan kristalin.
  • Glassy, keseluruhan tersusun atas glass.
c. Susunan butiran (grain relationship)
  • Granular, tersusun dari butiran berdimensi hampir serupa (equidimensional).
  • Equigranular, tersusun dari butiran berukuran hampir seragam.
  • Granitichypidiomorphic granular.
  • Porphyritic, tersusun dari butiran berukuran sama atau berbeda di dalam satu kelompok yang mempunyai butiran yang lebih halus dan seragam.
  • Diabasic, tersusun dari piroksen anhedral (atau amfibol) yang terletak di antara lembaran plagioklas yang tidak terarah.
  • Ophitic, tersusun dari lembaran plagioklas yang dikelilingi oleh lembaran piroksen.
  • Pegmatitic, tersusun dari butiran yang menunjukkan rentang ukuran lebar, namun umumnya terlihat lebih besar dibandingkan pada batu induk.
  • ApliticAllotrimorphic-granular, menyerupai gula dan umumnya memiliki butiran halus.
d. Tingkat perkembangan kristal pada butiran
1) Ketentuan untuk butiran tunggal/individu
  • Euhedral (idiomorphicautomorphic), seluruh atau hampir seluruhnya dikelilingi permukaan kristal.
  • Subhedral, sebagian dikelilingi permukaan kristal.
  • Anhedral (xenomorphic), seluruhnya tidak dikelilingi permukaan kristal.
2) Ketentuan untuk tekstur batuan beku
  • Panidiomorphic, tersusun seluruhnya oleh butiran euhedral.
  • Hypidiomorphic (hypautomorphic), tersusun atas campuran butiran anhedral dan subhedral dan/atau euhedral.
  • Allotriomorphic, tersusun seluruhnya atas butiran anhedral.
e. Beberapa tekstur batuan vulkanik umum
  • Vesikular, memiliki vasikel (permulaan) menyerupai tabung, oval atau bulst.
  • Amygdaloidal, memiliki amygdules (vesikel pengisi yang tersusun atas mineral sekunder).
  • Pumiceous, banyak vasikel dengan tekstur halus, dimana vesikel umumnya tubular (pada batuan vulkanik bersilika).
  • Scoriaceous, banyak vasikel dengan tekstur kasar, dimana vasikel umumnya membulat (pada batuan vulkanik basaltik).
  • Spherulitic, mempunyai bentuk membulat yang terbentuk dari material kristalin (spherulites).
2. Komposisi Kimia
Oleh Travis, penggolongan batuan beku berdasarkan komposisi kimia adalah dengan menghitung kuantitas silika (SiO2) dan komposisi mineral feldspar (K,Na,Ca). Unsur kimia batuan beku ditentukan oleh sumber magma dan interaksi magma dengan batuan yang dilaluinya. Komposisi kimia batuan beku umumnya dapat dilihat dari mineral atau warnanya, dimana ada empat komposisi utama batuan beku, yaitu :
  • Felsic, merupakan tipe batuan dari lempeng samudera, felsik kaya akan feldspar dan silika (kandungan silika 55% – ~70%). Potasium feldspar menyusun >1/3 total feldspar keseluruhan, dan plagioklas menyusun <2/3 total feldspar keseluruhan.
  • Mafic, adalah tipe batuan dari lempeng benua, mafik kaya magnesium dan besi serta sedikit silika (kandungan silika antara 45%-50%). Feldspar didominasi plagioklas kaya kalsium dengan hanya sedikit mengandung atau bahkan tanpa K- atau Na-feldspar.
  • Intermediet, di antara felsik dan mafik, kandungan silika antara 55%-65%. Plagioklas feldspar menyusun >2/3 keseluruhan feldspar, dan plagioklas kaya Na lebih banyak dari plagioklas kaya Ca. Batuan intermediet ditemukan dalam zona subduksi.
  • Ultramafic, mengandung banyak magnesium dan besi, sedikit silika (kandungan silika <45%), dengan hanya mengandung sedikit atau tanpa feldspar. Batuan ultramafic berasal dari mantel Bumi.
Contoh batuan bekunya adalah basal dan riolit. Kelebihan penggolongan batuan beku oleh Travis adalah penggunaan feldspatoid dalam penggolongan dan penamaan batuannya yang lebih detail. Namun akan menjadi lebih rumit karena harus menentukan kandungan feldspar batuan beku.
Sampel Basal
.
Klasifikasi Batuan Beku Menurut Hamblin & Howard

Pengelompokan batuan beku oleh Hamblin & Howard menekankan pada komposisi dan tekstur.

1. Komposisi

Sekitar 99% batuan beku tersusun atas delapan unsur; oksigen, silikon, aluminium, besi, sodium, kalsium, potasium dan magnesium. Sebagian besar elemen-elemen tersebut terdapat dalam struktur kristal mineral pembentuk batuan dan membentuk feldspar, olivin, piroksen, amfibol, kuarsa, dan mika, yang menyusun lebih dari 95% volume semua batuan beku. Magma kaya besi, magnesium dan kalsium termasuk dalam mafik, membentuk sebagian besar olivin, piroksen, amfibol, kalsium plagioklas. Magma yang kaya silika dan aluminium disebut sialik, dan cenderung membentuk kuarsa, kalium feldspar, dan natrium plagioklas. Terdapat tiga kriteria utama dalam penggolongan batuan beku :
  • Keberadaan atau ketiadaan kuarsa; kuarsa, mineral penting batuan sialik karena kuarsa merupakan elemen batuan intermediet dan mafik.
  • Komposisi feldspar; kalium feldspar dan natrium plagioklas adalah mineral penting pada batuan sialik dan jarang ditemukan dalam batuan intermediet dan mafik.
  • Perbandingan dan jenis mineral feromagnetik; umumnya, batuan mafik kaya mineral ferromagnesian, dan batuan sialik kaya kuarsa.
Proses kristalisasi mineral terjadi pada suhu magma antara 1200oC hingga 600oC. Mineral dengan titik beku tertinggi akan terkristalisasi terlebih dahulu dan memiliki kebebasan mengembangkan permukaannya lebih baik. Sedangkan mineral yang mengkristal pada suhu yang lebih rendah terpaksa berkembang dengan tidak cukup ruang di antara kristal-kristal yang terbentuk terlebih dahulu. Hal ini menyebabkan mineral tersebut memiliki ketidakteraturan permukaan dan karakteristik.
Minerals Chrystallization Order
2. Tekstur
Oleh Hamblin dan Howard, tekstur batuan beku dibagi dalam jenis-jenisnya :
  • Phaneritic Texture, kristal-kristal individual cukup besar untuk diamati langsung.
  • Pophyritic-Phaneritic Texture, terdiri dari dua kristal yang berbeda ukuran dan dapat diamati langsung, dimana kristal yang lebih besar (phenocryst) dikelilingi matriks atau groundmass (kristal yang lebih kecil).
  • Aphanitic Texture, kristal individual berukuran sangat kecil dan tidak dapat diamati langsung (harus dengan mikroskop), terlihat massif dan tidak berstruktur.
  • Porphyritic-Aphanitic Texture, dimana phenocryst terletak dalam matriks afanitik.
  • Glassy Texture, tidak mengandung kristal dan menyerupai kaca (glass).
  • Fragmental Texture, tersusun atas fragmen ashpumice, dan batuan afanitik. Material berukuran <4 mm disebut tuff, sedang yang berukuran >4 mm disebut breksi vulkanik.
Contoh batuan beku dari penggolongan ini adalah diorit dan andesit. Kelebihan dari penggolongan ini adalah mudah dipahami dan kemudahan dalam penamaan batuan. Sedangkan kekurangannya adalah penggolongannya tidak dapat memuat seluruh jenis batuan.
Read More

Potensi Zeolit di Indonesia

Mineral Zeolit
Zeolit alam merupakan senyawa alumino silikat terhidrasi , dengan unsur utama yang terdiri dari kation alkali dan alkali tanah. Senyawa ini berstruktur tiga dimensi dan mempunayi pori yang dapat diisi oleh molekul air.
Mineral zeolit yang paling umum dijumpai adalah klinoptirotit, yang mempunyai rumus kimia (Na3K3) (Al6Si30O72).24H2O. Ion Na+ dan Ka+ merupakan kation yang dapat dipertukarkan , sedangkan atom Al dan Si merupakan struktur kation dan oksigen yang akan membentuk struktur tetrahedron pada zeolit. Molekul - Molekul air yang terdapat dalam zeolit merupakan molekul molekul yang mudah lepas.
Zeolit alam terbentuk dari reaksi antara batuan tufa asam berbutir halus dengan air pori atau air meteorik. Penggunaan Zeolit adalah untuk bahan baku water treatment, pembersih limbah cair, limbah rumah tangga, industri pertanian , perternakan , perikanan , industri kosmetik , farmasi dan lain lain.

Potensi Penyebaran di Indonesia

Batuan pembawa mineral zeolite
Potensi penyebaran Zeolit di indonseia paling utama berada di daerah Jawa Barat dan Lampung.
Di Provinsi Lampung berada di daerah Campang Tiga, dan Talang Baru dengan total potensi sebesar 127 juta ton terdiri dari sumberdaya terukur sebesar 27 juta ton dan sumberdaya tereka sebesar 100 juta ton.
Sedangkan di Jawa Barat - Banten berada di daerah Sukabumi, Bogor dan Lebak (Banten) dengan total sumberdaya sebesar 26,452 juta ton terdiri dari sumberdaya terukur  sebesar 182 ribu ton dan sumberdaya tereka sebesar 25,243 juta ton.

Tambang Zeolite , Sierra County , Amerika (Ilustrasi tambang zeolite)

Sedangkan daerah lain yang berpotensi antara lain Ngendut , Kalitengah (Jawa Timur) sumberdaya hipotetik sebesar 1 juta ton, Polmas (Sulsel) sumberdaya tereka sebesar 2,4 juta ton, Ende (NTT) sumberdaya hipotetik sebesar 50 juta ton.

Produksi dan Konsumsi

Berdasarkan data BPS tahun 2002 diperkirakan diproduksi sebesar 60 ribu ton dengan konsumsi sebesar 57,474 ribu ton yang terdiri dari sektor pertanian sebesar 20 ribu ton, kimia sebesar 17 ribu ton, pakan ternak 6 ribu ton, pupuk sebesar 5,9 ribu ton , dan kosmetik sebesar 3 ribu ton.  Peluang pemanfaatan bahan galian zeolit ini sangat terbuka karena baru sedikit yang diproduksi dari cadangan yang ada. Selain itu tingkat konsumsi zeolit semakin meningkat terutama sektor industri.

Sumber
Data Produksi dan Konsumsi Zeolit , 2002 "Badan Pusat Statistik"
Kajian data Pertambangan " 2003' Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral
Read More

Jumat, 02 November 2018

Album Mineral Silikat Dan Non Silikat Beserta Diskripsinya

Pengertian Mineral 

Mineral adalah padatan senyawa kimia homogen, non-organik, yang memiliki bentuk teratur (sistem kristal) dan terbentuk secara alami. Istilah mineral termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral

Identifikasi Mineral pada Pengamatan Nikol Sejajar

Setiap mineral memiliki sistem kristalnya masing-masing: 
  • isometrik (sumbu a = sumbu b = sumbu c; <a = <b = <g); 
  • rhombik (sumbu a ¹ sumbu b ¹ sumbu c; <a ¹ <b ¹ <g); 
  • triklin; monoklin; tetragonal, heksagonal dan lain-lain. 
Setiap sistem kristal memiliki sumbu kristal, walaupun sudut yang dibentuk oleh masing-masing sumbu kristal antara sistem kristal yang satu terhadap yang lain berbeda. Untuk itulah setiap mineral memiliki sifat optis tertentu, yang dapat diamati pada posisi sejajar atau diagonal terhadap sumbu panjangnya (sumbu c). Pengamatan mikroskopis yang dilakukan pada posisi sejajar sumbu panjang disebut pengamatan pada nikol sejajar.

Relief
Relief adalah sifat optis mineral atau batuan yang menunjukkan tingkat / besarnya pantulan yang diterima oleh mata (pengamat). Semakin besar sinar yang dipantulkan atau semakin kecil sinar yang dibiaskan oleh lensa polarisasi, maka makin rendah reliefnya, begitu pula sebaliknya. Jadi, relief mineral berhubungan erat dengan sifat indek biasnya; Ngelas< Nobyek. Relief kadang-kadang juga diimplikasikan oleh tebal-tipisnya sayatan. Sayatan yang telah memenuhi standarisasi, tentunya memiliki relief yang standar juga, sehingga besarnya tertentu.
Relief mineral dapat digunakan untuk memisahkan antara batas tepi mineral yang satu dengan yang lain. Suatu batuan yang tersusun atas berbagai macam mineral yang berbeda, masing-masing mineral tersebut tentunya memiliki sifat optis yang berbeda pula. Jadi, kesemua itu akan membentuk relief; ada yang tinggi, sedang atau rendah (Gambar II.1). Pada prinsipnya; kaca / air / udara memiliki indeks bias sempurna, sehingga memantulkan seluruh sinar yang menembusnya. Namun, suatu mineral memiliki indeks bias yang lebih rendah dibandingkan kaca / air / udara, sehingga reliefnya lebih tinggi.
Bandingkan indeks bias yang dipantulkan oleh mineral dengan indeks bias yang dipantulkan oleh kanada balsam. Kanada balsam memantulkan seluruh sinar yang menembusnya. Mineral menyerap sebagian sinar dan memantulkannya sebagian. Makin tidak berwarna sinar yang dipantulkan makin besar, sehingga reliefnya makin rendah.
clip_image004
 Relief rendah
clip_image002
Relief tinggi

Pleokroisme
Yaitu sifat penyusupan mineral anisotropic dalam menyerap sinar mengikuti sistem kristalografinya. Ditunjukkan oleh beberapa kali perubahan warna kristal setelah diputar hingga 360O. Dapat diamati pada posisi terpolarisasi maupun nikol sejajar.
Mineral uniaxial disebut dichroic: dua warna yang berbeda dari vibrasi sinar yang parallel terhadap sumbu vertikal dan sumbu dasar. Mineral biaksial: trichroic, 3 perubahan warna berhubungan dengan 3 sumbu elastisitas utama. Ct: horenblende pleokrois kuat dan piroksen tak-pleokrois
clip_image006
Pleokroisme biotit berwarna coklat kekuningan Orde 1

clip_image008
Pleokroisme biotit berwarna coklat gelap Orde I
Bentuk Kristal
Bentuk kristal adalah bentuk suatu kristal mineral mengikuti pertumbuhan / tata aturan pertumbuhan kristal. Bentuk kristal yang ideal pasti mengikuti susunan atom dan pertumbuhan atom-atom tersebut, atau dapat pula mengikuti arah belahannya. Sebagian besar mineral yang terbentuk oleh proses pembekuan magma di luar, menunjukkan bentuk kristal yang tidak sempurna, karena pembekuannya / pengkristalisasiannya sangat cepat sehingga bentuknya kurang sempurna, begitu pula sebaliknya. Jadi, bentuk kristal dapat digunakan sebagai parameter untuk mengetahui tingkat kristalisasi mineral secara umum. Namun, mineral yang berukuran besar bukan berarti tingkat kristalisasinya sempurna. Sebagai contoh adalah mineral-mineral penyusun batuan gunung api yang terkristalisasi dengan cepat dapat tumbuh membentuk mineral dalam diameter yang besar, tetapi bentuk kristalnya anhedral membentuk fenokris dalam batuan bertekstur porfiritik.
Dalam pendeskripsiannya, bentuk kristal ditentukan dari orientasi tepian mineralnya. Bentuk kristal yang tidak beraturan pada seluruh sisinya disebut anhedral; jika sebagian sisi kristal yang tidak beraturan disebut subhedral; dan jika seluruh sisi kristal beraturan disebut euhedral .
Capture5
bentuk kristal subhedral pada piroksen dan anhedral pada horenblenda dan gambar bawah: bentuk kristal euhedral, subhedral dan anhedral pada mineral piroksen (HBL: horenblenda dan Px: piroksen)
Bentuk mineral
Bentuk mineral tidak harus sama dengan bentuk kristal. Bentuk mineral adalah bentuk secara fisik, seperti takteratur (irregular), memanjang, prismatik, fibrous, membulat dan lain-lain (Gambar II.4). bentuk-bentuk mineral tersebut tidak berhubungan dengan tingkat kristalisasinya. Bentuk mineral secara sempurna dapat mengikuti bentuk pertumbuhan kristalnya, namun tidak dapat digunakan sebagai parameter tingkat kristalisasi.
clip_image015
bentuk-bentuk mineral blocky, irregular; gambar bawah: bentuk mineral euhedral
Belahan
Belahan adalah sifat mineral yang berhubungan dengan sistem kristalnya juga. Pada umumnya, suatu mineral memiliki bentuk kristal dari suatu sistem kristal tertentu, sesuai dengan pertumbuhan kristalnya. Pertumbuhan kristal sendiri dibentuk / dibangun oleh susunan atom di dalamnya. Dengan demikian, sisi-sisi susunan atom-atom tersebut menjadi lebih lemah dibandingkan dengan ikatannya. Hal itu berpengaruh pada tingkat kerapuhannya. Saat mineral mengalami benturan / terdeformasi, maka pecahannya akan lebih mudah mengikuti arah belahannya.
Belahan lebih mudah diamati pada posisi nikol sejajar tetapi beberapa mineral juga dapat diamati pada posisi nikol silang. Tidak semua belahan mineral dapat diamati di bawah mikroskup, sebagai contoh adalah kuarsa dan olivin (Gambar II.5). Tetapi, sebenarnya keduanya memiliki pecahan yang jelas. Kuarsa, secara megaskopis memiliki pecahan konkoidal (seperti kaca) akibat bentuk kristalnya yang bipiramidal, namun di bawah mikroskup belahan konkoidal-bipiramidal sulit dapat diamati. Olivin kadang-kadang menunjukkan belahan dua arah miring, namun karena bentuknya yang membotol, jadi sulit diamati juga di bawah mikroskup.
clip_image017
Contoh mineral dengan susunan acak (belahan tidak jelas) atau tanpa belahan: olivin
clip_image018
Contoh mineral kuarsa tanpa belahan
Ct:
  • belahan jelas 1 arah: kelompok mika
  • belahan jelas 2 arah: piroksen dan amfibol
  • mineral dengan sudut belahan 2 arah membentuk perpotongan dengan sudut 60°/120°: amfibol / horenblende  dan mineral dengan sudut belahan dua arah membentuk sudut 90° piroksen 


MINERAL SILIKAT
  • AEGIRINE (NaFe(SiO3)2)

  • Warna absorsi : Hijau,kuning kecoklatan
  • Bentuk : Kristal prismatik
  • Relief : Tinggi
  • Pleokroisme : Kuat,hijau tua,hijau muda,kuning
  • Indeks bias : n.mineral > n.k balsam
  • Belahan : (110) dalam dua arah pada sudut 870 dan 930
  • Bias rangkap : Kuat sampai sangat kuat,orde ketiga, atau orde-IV
  • Kembaran : -
  • Sudut Pemadaman : Dalam sayatan longitudinal sangat kecil (20-100)
  • Orientasi optis : Length Fast
  • Tanda optis : Negatif
Keterangan : Aegirine menyerupai beberapa Amphibole, tetapi dibedakan dengan sudut pemadaman yang kecil dan Length Fast. Acmite adalah piroksen yang erat hubungannya dengan Aegirine, perbedaanya dari warnanya yang coklat. Merupakan ciri dari batunan beku yang kaya soda seperti Nepheline Syenite, Phonolite, Trachite, Soda Granite. Seringkali terdapat sebagai Overgrouth dengan kristalAegirine-augite.

  • ALBITE(NaAlSi3O8)

  • Warna absorbsi : Tidak berwarna
  • Bentuk : Plate atau lath-shaped, jarang dalam fenokris. Mungkin intergrowth dengan microcline
  • Relief : Rendah
  • Pleokroisme : -
  • Indeks bias : n mineral < n. K-balsam
  • Belahan : (001) sempurna, (010) kurang sempurna, dan (110) tidak sempurna
  • Bias rangkap : Agak lemah,kuning muda, orde ke I
  • Kembaran : Polisintetik sesuai dengan albite, jarang tidak ada. Yang sesuai dengan Carlsbad atau kombinasinya, percline. 
  • Sudut pemadaman : Sesuai dengan kembar albit bervariasi dari 12o sampai 19o, yang pararel dengan (001) = 3o – 5o, pada (010) = 15o – 20o
  • Orientasi optis : - Sumbu optis : Dua (biaxial) Tanda optis : Positif 
Keterangan : Albite terdapat dalam granite, granite pegmatite, vein dan batuan metamorf.


MINERAL NON SILIKAT

  • APATITE (3Ca3 (PO4)2.CaF2)
  • Warna absorbsi : Tidak berwarna
  • Bentuk : Kristal prismatik
  • Relief : Sedang
  • Pleokroisme : -
  • Indeks bias : n.mineral > n.k-balsam
  • Belahan : Parallel yang tidak sempurna dengan panjang kristal
  • Bias rangkap : Lemah, abu–abu sampai putih orde pertama, gelap
  • Kembaran : -
  • Sudut pemadaman : Paralel
  • Orientasi optis : Length Fast, untuk kristal yang tabular Length Slow
  • Sumbu optis : -
  • Tanda optis : Negatif
Keterangan : Apatite sebagai mineral asesoris dalam batuan beku, juga dalam pegmatite vein yang bertemperatur tinggi. Juga sering berasosiasi dengan cellophane dalam batuan phosphate.

  • CALCITE (CaCO3)
  • Warna absorbsi : Tidak berwarna seringkali berkabut
  • Bentuk : Umumnya anhedral - subhedral
  • Relief : Bervariasi, tinggi
  • Pleokroisme : -
  • Indeks bias : -
  • Belahan : Rhombohedral yang sempurna (1011), umumnya
  • berpotongan pada sudut 75ยบ
  • Bias rangkap : Ekstrim, abu-abu mutiara,cokelat,orde tinggi
  • Kembaran : Polisintetik
  • Sudut pemadaman : Simetris dengan arah belahan
  • Orientasi optis : Sulit ditentukan
  • Sumbu optis : Satu (uniaxial)
  • Tanda optis : Negatif
Keterangan : Dolomite , magnesite dan siderite bisa keliru dengan calcite.Dolomite umumnya subhedral sampai euhedral dan kembaran paralel; siderite umumnya ada noda besi di sekitar batas butiran dan relief tinggi. Calcite seringkali digantikan oleh quartz, dalam quartz vein. Terdapat dalam batugamping, batuan metamorf, juga tipe batuan lainnya. Mineral sekunder yang umum dalam rongga batuan beku, berasosiasi dengan zeolite.

Saya Hanya Menampilkan beberapa contoh saja di blog ini jika kalian ingin mendapatkan lebih banyak lagi diskrifsi mineral secara petrografi kamu bisa download filenya di sini, tetapi di file tersebut juga hanya menampilkan mineral silikat dan non silikiat


Semoga blog ini bisa membantu kalin dalam kuliah kalian atau pun pembelajaran kalian dalam menempuh mata kuliah ini jika bermanfaat untuk kaln silahkan suport blog ini  dengan menshare ke teman kalin 

Read More