Senin, 27 Februari 2017

LETUSAN GUNUNG KELUD : SEJARAH, AKIBAT, DAN PENANGGULANGAN


Sifat dan Karakteristik Gunung Kelud
Gunung yang satu ini sering juga disebut dengan Gunung Kelud ataupun Gunung Kelut. Gunung ini secara administratif terletak di perbatasan Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang. Puncaknya berada pada ketinggian 1717 (meter dpal) . Puncak kawah gunung ini, terletak di Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri.1990 du volcan Kelud (1992), menggambarkan karakter letusan Kelud di masa itu.
Gunung ini tercatat sebagai gunung yang sangat aktif. Menurut penelitian Smithsonian selama seratus tahun terakhir ini sudah tercatat letusan hampir 40 kali. Letusan terbesar dalam catatan sejarah sejak seribu tahun lalu terjadi pada tahun 1586 dimana waktu itu terjadi hampir semua karakter erupsi [ Central vent eruption, Crater lake eruption, Explosive eruption, Fatalities, Damage (land, property, etc.) dan Mudflow(s) (lahars)]. Menurut buku Data Dasar Gunung Api di Indonesia jumlah korban diperkirakan mencapai 10 000 orang. Bayangkan saja pada tahun itu tentunya jumlahpenduduk masih sangat sedikit, tapi mampu menelan jumlah korban sangat banyak. Letusan tahun 1856 itu diperkirakan memiliki kekuatan Volcanic Explosivity Index (VEI): 5. Kira-kira setara letusan Pinnatubo tahun 1991.

  

Salah satu keunikan gunung api ini adalah adanya danau kawah. Konon dalamnya lebih dari 600 meteran dan mampu menyimpan air sampai 40 juta m3. Bayangkan kalau air sebanyak ini dipakai untuk menggelontor pasir-pasir lepas disekitarnya. Mempertimbangkan bahayanya kalau sampai 40 juta m3 air tersebut terbawa oleh letusan dahsyat, maka pada tahun 1907 pemerintah Belanda membuat sistem trowongan dan berhasil mengurangi air danau kawah sebanyak 4,3 juta m3. Pada tahun 1923, menyusul runtuhnya dinding trowongan , maka dibuatkan lagi 7 trowongan yang berhasil mengurangi jumlah air sampai menjadi 1,8 juta m3.









Kenampakan Danau Kawah di Gunung Kelud sebelum letusan 2014

Gunung Kelud merupakan gunung api strato andesitik yang tergolong masih aktif. Selama abad 20 telah terjadi 5 kali letusan masing masing pada tahun 1901, 1919, 1951, 1966 dan 1990.
Gunung Kelud memiliki 2 ciri letusan yaitu :
1.     

Letusan semi magmatik merupakan letusan freatik yang terjadi akibat penguapan air danau kawah yang merembes melalui rekahan pada dasar kawah yang secara serentak kemudian dihembuskan ke atas permukaan. Jenis letusan ini umumnya mengawali aktivitas gunung Kelut terutama memicu terjadinya letusan magmatik.  Letusan magmatik merupakan letusan yang menghasilkan rempah- rempah  gunungapi baru berupa lava, jatuhan piroklastik, dan aliran piroklastik. Letusan magmatik yang terjadi umumnya bersifat eksplosif yang dipengaruhi penambahan kandungan gas vulkanik disertai meningkatnya energi letusan terutama energi panas.




Secara morfologis, Gunung Kelud dapat dibeda­kan menjadi lima satuan morfologi (Wirakusumah, 1991), yaitu: Satuan morfologi Puncak dan Kawah; Satuan Morfologi Tubuh Gunung Api; Satuan Mor­fologi Kerucut Samping; Satuan Morfologi Kaki dan Dataran, serta Satuan Morfologi Pegunungan sekitar.


 Sejarah Letusan Gunung Kelud
1.      Letusan 1901
Letusan terjadi tengah malam, 22-23 Mei 1901, selama sekitar dua jam dan meningkat pada pukul tiga pagi. Awan panas menyerang wilayah Kediri. Bunyi letusan terdengar sampai Pekalongan, sementara hujan abu menyampai Sukabumi dan Bogor. Korban jiwa dilaporkan cukup banyak, tetapi angka pasti tidak tercatat.
2.      Letusan 1919
Sedikitnya 5160 orang menjadi korban jiwa akibat letusan gunung Kelud pada tengah malam, 20 Mei 1919 yang disebut terbesar dalam abad 20. Letusan ini snagat keras sehingga dentumannya terdengar sampai Kalimantan. Hujan batu cukup lebat dan sebgaian atap rumah hancur, dan hujan abu mencapai Bali. Kota Blitar dilaporkan mengalami kehancuran akibat letusan ini.

Gambar Bangunan di sisi-sisi gunung api Kelud setelah letusan pada 19 Mei 1919

3.      Ledakan 1951
Letusan terjadi pada pukul 06.15 pagi pada 31 Agustus 1951 yang menyebabkan tujuh orang tewas dan meulai 157 orang. Setidaknya terdengar empat dentuman keras akibat letusan ini. Hujan batu yang sebagian sebesar buah mangga menerpa sebagian wilayah Margomulyo. Hujan abu terjadi selama sekitar satu jam dan mencapai kota Bandung, Jabar.
4.      Letusan 1966
Terjadi pada 26 April 1966 pukul 20.15 WIB, letusan ini diwarnai luapan lahar di sejumlah sungai di sekitarnya. Sedikitnya 210 orang tewas akibat letusan ini.

5.      Letusan 1990
Letusan terjadi secara beruntun pada 10 Februari 1990. Letusan yang terjadi belakangan lebih besar. Letusan utama disertai awan panas sejauh 5km dari kawah. Daerah yang rusak tidak terlalu luas, namun sebaran abu jauh lebih luas dan diperkirakan mencapai luasan 1700km persegi. Sekitar 500 rumah rusak akibat tertimpa hujan abu. Korban jiwa sekitar 32 orang.
6.      Letusan 2007
Kali ini letusan gunung Kelud tidak eksplosif seperti sebelumnya, melainkan kemunculan kubah lava yang besar di kawah Kelud. Kubah itu terus tumbuh sejak 5 November 2007 hingga berukuran selebar 100meter. Akibat aktivitas tinggi tersebut terjadi gejala unik dalam sejarah Kelud dengan munculnya asap tebal putih dari tengah danau kawah diikuti dengan kubah lava dari tengah-tengah danau kawah sejak tanggal 5 November 2007 dan terus "tumbuh" hingga berukuran selebar 100 m.
.Kubah lava 2007  tampak di tengah, dengan latar belakang Puncak Kelud.

7.      Letusan 2014
Peningkatan aktivitas Gunung Kelud mulai kembali terjadi di akhir tahun 2013. Pada 10 Februari 2014, status meningkat menjadi Siaga (Level III).Pada 13 Februari 2014, sebelum meletus, tercatat gunung Kelud telah mengalami gempa vulkanik dangkal sebanyak 190 kali, dan gempa vulkanik dalam sebanyak 442 kali pada pukul 12:00-18:00 WIB.Pada pukul 21.15 WIB, status menjadi Awas. Persiapan-persiapan mengenai kebencanaan telah mulai dilakukan. Kawasan seputar 5 km dari titik puncak kawah telah disterilkan dari kegiatan manusia. Lalu, radius pengosongan aktifitas manusia diperlebar menjadi 10 km dari puncak. belum sempat pengungsian dilakukan, pada 13 Februari 2014 pukul 22.50 terjadi letusan tipe ledakan (eksplosif).Abu vulkanik Kelud yang terlontar pada letusan terdahsyatnya, setinggi 17 kilometer! Dan melontarkan kerikil sejauh 25 kilometer.Suara ledakan dilaporkan terdengar hingga kota Solo dan Yogyakarta (200 km), bahkan Purbalingga (lebih kurang 300 km), Jawa Tengah.
Pada tanggal 14 Februari 2014, saat dini hari, gemuruh aktivitas gunung juga sesekali terdengar hingga wilayah Kabupaten Jombang.Pada pukul 02:00 AM, letusan Gunung Kelud mulai mereda. Namun untuk mencegah hal yang tak diinginkan, BMKG tetap menyatakan area steril dengan radius sejauh 10 kilometer dari puncak Kelud tetap berlaku.Di daerah Madiun dan Magetan jarak pandang untuk pengendara kendaraan bermotor atau mobil hanya sekitar 3-5 meter karena turunnya abu vulkanik dari letusan Gunung Kelud tersebut sehingga banyak kendaraan bermotor yang berjalan sangat pelan-pelan.
Di sisi lain banyak pengguna kendaraan atau warga di sekitar Kota Madiun yang terganggu akibat erupsi tersebut.Pada letusan gunung Kelud sejak Kamis malam hingga Jum’at dini hari, (13-14 Februari 2014), telah menyebabkan 2 orang tewas akibat kecelakaan saat mengungsi dan membuat 100.248 orang harus menjauh dan diungsikan dengan jarak minimal 10 kilometer.Sementara itu beberapa bandara di pulau Jawa ditutup akibat tebalnya abu vulkanik. Bandara yang ditutup diantaranya adalah bandara di Surabaya, Malang, Jogjakarta, Semarang, Solo bahkan Bandung.Akibatnya ratusan penerbangan dibatalkan. Pihak angkasa pura dan maskapai penerbangan mengaku merugi hingga milyaran rupiah.
Empat hingga lima buah alat pencatatan aktivitas di Pos Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) sekitar Gunung Kelud, Kediri Jawa Timur juga mengalami kerusakan.Alat berupa seismograf itu rusak akibat tertimbun oleh material batu dan debu yang berjarak hanya lima kilometer dari gunung.Rusaknya alat tersebut mengganggu PVMBG untuk memantau aktivitas gunung Kelud dari kantor PVMBG yang ditampilkan melalui layar, menjadi tidak berfungsi sama sekali. Maka pertugas melakukan pemantauan selanjutnya dengan peralatan manual.
Berikut kronologi aktifnya Gunung Kelud hingga meletus pada 2014:
Januari 2014
Terjadi peningkatan jumlah kegempaan di Gunung Kelud yang didominasi oleh Gempa Vulkanik Dangkal (VB) dan Vulkanik Dalam (VA). Gempa vulanik dalam meningkat sejak tanggal 15 Januari 2014 dengan kisaran 22-157 kejadian per hari atau rata-rata harian 90 kejadian.
Tanggal 27
Gempa vulkanik dangkal teramati meningkat signifikan dalam kisaran 13-90 kejadian per hari atau rata-rata 37 kejadian/hari.

2 Februari 2014
Berdasarkan peningkatan kegempaan vulkanik yang cukup signifikan tersebut, status Gunung Kelud dinaikkan dari Normal (Level I) menjadi Waspada (Level II) Kegempaan didominasi oleh Gempa Vulkanik Dangkal (VB) dan Vulkanik Dalam (VA).
5-8 Februari 2014
Teramati adanya peningkatan energi sejak tanggal 6 Februari. Gempa tersebar di sekitar Gunung Kelud, dengan kedalaman di bawah 5 km, dari bawah puncak dan umumnya terkonsentrasi pada kedalaman 1,5 km sampai 2,5 km.
9 Februari 2014
Terjadi peningkatan energi di mana amplitudo (simpangan yang paling jauh pada getaran, red) gempa-gempa vulkanik relatif membesar dan jumlah yang meningkat. Kalkulasi hiposenter gempa-gempa Vulkanik memperlihatkan sebaran gempa di sekitar Gunung Kelud dengan kedalaman mencapai 3 km di bawah puncak.
Berdasarkan hasil pemantauan visual dan instrumental serta potensi ancaman bahaya Gunung Kelud, pukul 21.15 WIB status kegiatan Gunung Kelud dinaikkan dari SIAGA (level III) menjadi AWAS (level IV).Masyarakat di sekitar Gunung Kelud dan pengunjung/wisatawan tidak diperbolehkan melakukan aktivitas dan mendekati kawah dan yang ada di puncak Gunung Kelud dalam radius 10 km dari kawah aktif.

Terjadi letusan.
1.             pkl. 22.55
2.             pkl. 23.00
3.             pkl. 23.23
4.             pkl. 23.29 terjadi letusan besar
5.             pkl. 23.36 hujan batu sampai ke Pare
6.             pkl. 23.41 Hujan krikil sampai ke Wates dan Pesantren Kota Kediri
7.             pkl. 23. 55 hujan krikil sampai di SLG
8.             pkl. 00.05 hujan krikil sampai ke pace nganjuk
9.             pkl. 22.50 petugas vulkanologi meninggalkan pos kelud saat letusan ke 3
10.         pkl. 01.10 pengungsi dari Trisulo dan Sugihwaras sebanyak 2 truk diungsikan ke posko Utama Convention Center SLG
11.         Semburan atau letusan mencapai ketinggian 17 km atau 50.000 kaki yang terjadi pada pukul 23.23 hari kamis tgl 13 februari 2014, kata bapak Gede Swantika, Ini Merupakan Letusan Gunung Kelud Terdasyat Dibandingkan Th. 1990 .

Hubungan Letusan Gunung Kelud 2014 dengan Fenomena Alam
1.      Sebaran Abu Vulkanik
Pada pagi hari tanggal 14 Februari 2014, awan debu vulkanik gunung Kelud terbawa angin hingga ratusan kilometer ke arah barat dan timur pulau Jawa. Material vulkanik yang dilontarkan gunung Kelud saat meletus adalah setinggi 17 kilometer, dan jatuhan material kerikil kurang lebih sejauh 20 kilometer.

Lontaran material vulkanik dengan energi kuat inilah yang menyebabkan tersebarnya abu gunung Kelud dapat menyebar dengan jarak yang jauh, hingga ratusan kilometer dari kepundannya.


Pada ketinggian 1-5 kilometer, hembusan angin ke arah timur dan membawa debu vulkanik hingga ke kota Ampenan di pulau Lombok. Sedangkan pada ketinggian 5-17 kilometer, hembusan angin ke arah barat dan membuat kota diwilayah Jawa Tengah dan Jogjakarta sempat gelap.

Bahkan pada siang dan sore hari pada tanggal yang sama, 14 Februari 2014, debu dapat mencapai hingga Ciamis, Garut, Tasikmalaya dan Bandung bahklan Bogor di Jawa Barat.

Pada tanggal 15 Februari 2014, hembusan angin cenderung berubah arah yaitu kearah selatan dan tenggara. Hal ini membuat sisa-sisa material abu vulkanik gunung Kelud yang masih melayang di angkasa merubah arahnya ke Samudera Hindia. Akibatnya hujan abu vulkanik dibeberapa wilayah dan kota sudah mulai berkurang.


2.      Petir dan Guntur Gunung Kelud
Dalam sebuah penelitian ilmiah, fenomena ini terjadi karena muatan listrik yang dihasilkan itu terjadi ketika fragmen batuan, abu vulkanik dan partikel es bertabrakan dan menghasilkan listrik statis.
Pada umumnya, terdapat sekitar 300 kali petir yang muncul ketika gunung berapi mulai menunjukkan aktivitasnya. Erupsi gunung berapi juga melepaskan sejumlah air yang berfungsi sebagai ‘bahan bakar’ badai petir tersebut. “Selama erupsi terjadi, akan ada banyak petir besar dan kecil serta bunga api yang muncul dan terlihat seperti membelah kawah gunung berapi,” jelas Ronald J Thomas, seorang fisikawan atmosfer dari New Mexico Tech.



3.      Hubungan Konjungsi Bulan dan Letusan Kelud
Perlu diketahui bahwa aktifitas gempa tektonik maupun gempa vulkanik biasanya beriringan dengan saat konjungsi maupun purnama Bulan. Adapun purnama Bulan pada bulan Robi’ul Akhir itu bertepatan dengan tanggal 15 Februari 2014 pukul 05:55:46 , yang berarti gunung Kelud meletus 32 jam 5 menit 46 detik sebelum saat purnama.
Gunung Kelud meletus beberapa saat (9 menit) setelah Bulan transit di atas langit. Saat transit bulan, adalah saat dimana posisi Bulan, Bumi dan matahari berada hampir atau paling sejajar pada garis lurus. Artinya, Bulan berada pada posisi paling vertikal diatas kepala kita pada hari itu, atau yang terjadi pada saat jarak sudut (elongasi) suatu benda dengan benda lainnya, walau tak terjadio gerhana Bulan namun nyaris nol derajat. Pada hari itu, Kamis, 13 Februari 2014 Bulan transit di atas langit Malang dan sekitarnya pada pukul 22:41 WIB, sembilan menit kemudian yakni pukul 22:50 WIB gunung Kelud meletus
osisi Bulan saat transit pukul 22:41 WIB berada di azimut 00° 11’ Altitude 68° 50’ dihitung dari lokasi Gunung Kelud yang mana koordinatnya 112° 18’ 28” bujur timur, 7° 55’ 48” lintang selatan. Adakah korelasinya antara aktivitas gunung meletus dengan fase-fase Bulan maupun transit Bulan? Secara ilmiah saat ini belum ditemukan korelasinya, akan tetapi sudah pasti terjadi peningkatan gaya gravitasi.
Jadi, bisa saja aktivitas vulkanik yang meningkat pada level tertentu sebelum gunung Kelud meletus, adalah akibat adanya pengaruh gaya gravitasi Bulan yang lebih dominan pada saat Bulan transit diatas kota Malang. Hal tersebut tentunya sedikit banyak akan menarik magma gunung berapi ke arah atas, sehingga memicu gunung berapi yang kondisinya sudah di ujung tanduk untuk meletus.






4.      Material Abu Vulkanik Gunung Kelud Berbeda
Saat letusan di tahun 2014 ini, gunung Kelud telah memuntahkan material vulkanik sebanyak 100 juta meter kubik. Material sebanyak itu hanya dimuntahkan Kelud dalam waktu singkat.
Jika dibandingkan dengan gunung Merapi yang meletus sebelumnya, maka material vulkanik yang dikeluarkan gunung Merapi untuk mencapai 100 juta meter kubik harus dibutuhkan dalam waktu sebulan lamanya.
Jika dibandingkan dengan gunung Sinabung di Sumatera Utara yang meletus sejak September 2013 hingga Februari 2014, dan hingga kini masih terus berlangsung, atau telah 5 bulan lamanya, material vulkanik yang dikeluarkan selama 5 bulan itu belum mencapai 100 juta meter kubik.



Kerikil besar dari gunung Kelud yang ditemukan di wilayah Blitar dan Kediri


Sedangkan menurut penelitian dari Universitas Gajah Mada (UGM) Jogjakarta, ukuran material vulkanik yang dikeluarkan dari Gunung Kelud memiliki ukuran yang berbeda-beda. Untuk ukuran material vulkanik berupa pasir ditemukan pada jarak yang jauh hingga Solo dan Jogjakarta, sedangkan material berupa abu yang sangat halus dapat terbang sejauh ribaun kilometer mengikuti arah angin.
Sejauh ini abu vulkanik gunung Kelud ke arah timur mencapai pulau Lombok di Nusa Tenggara Timur Dan abu vulkanik yang ke arah barat lebih jauh lagi karena diakibatkan angin berhembus ke arah barat. Sejauh ini abu vulkanik telah ditemukan hingga Garut, Tasikmalaya, Bandung, hingga Ciamis di Jawa Barat. Sedangkan material vulkanik berupa kerikil dan kerakal ditemukan di daerah Kediri, Blitar dan sekitarnya.
Pecahan bebatuan tersebut memang cukup besar, bukan hanya sekadar kerikil kecil. Menurut warga Blitar dan Kediri, volumenya pun cukup banyak. Menurut penduduk setempat, kalau material kerikil dan kerakal itu dikumpulkan maka bebatuan yang menghujani atap tiap rumah, bisa mencapai satu truk!
Bentuknya putih seperti batu kapur tetapi ada bintik-bintik hitam. Bentuknya macam-macam, kebanyakan berupa serpihan atau pecahan. Selain itu, material sebesar kepalan tangan juga jatuh dan tersebar pada radius hingga 10 kilometer dari kubah Kelud. Meski demikian kerikil, kerakal apalagi batuan kecil dari gunung Kelud itu cukup sakit kalau mengenai kepala jika tanpa penutup topi atau helm. Tak bisa dibayangkan, bagaimana paniknya warga dikala itu, pada saat malam gelap, tiada lampu lagi yang menyala, dihujani kerikil dan kerakal yang “masih hangat” dari lontaran gunung Kelud.
Sedangkan tekstur abu vulkanik gunung Kelud yang diteliti pun, ternyata lebih lembut jika dibandingkan dengan abu vulkanik yang dimuntahkan Gunung Merapi. Warna abu juga berbeda. Abu dari Kelud berwarna kecokelatan, sedangkan abu Merapi cenderung abu-abu.

2.3              Mitigasi Bencana Alam Gunung Kelud
Awal tahun 2014 ini Gunung Kelud menunjukkan tanda-tanda peningkatan kegempaan dan pada tanggal 13 Februari 2014 mengalami erupsi. Daerah Blitar yang dalam sejarah letusan Gunung Kelud selalu terdampak sangat parah, sehingga sebelum letusan 2014 ini terjadi beberapa uapaya mitigasi kesiapsiagaan telah dilakukan untuk m meminimalkan jumlah korban dan kerusakan.

2.3.1 Mitigasi dan Kesiapsiagaan
Mitigasi bencana yang telah dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Blitar dalam menghadapi letusan Gunung Kelud diantara adalah gladi posko di setiap koramil. Penyelenggaraan penyuluhan dan pelatihan telah dilakukan dengan melakukan gladi/pelatihan simulasi bencana penanggulangan letusan Kelud. Gladi ini melibatkan aparat sipil dan militer seluruh kabupaten Blitar, dengan kegiatannya adalah simulasi pembuatan MCK di pengungsian, pendidikan dan latihan [Diklat SAR], rapat pembentukan Klaster PB, serta Penyiapan tenda lapangan. Penyuluhan juga dilakukan kepada masyarakat mengenai status Gunung Kelud, sosialisasi tempat dan jalur evakuasi dan rambu-rambu tanda evakuasi. Pemkab Blitar bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah [BPBD] Kabupaten Blitar dan Lembaga Penelitian Universitas Jember. telah menyusun rencana kontinjensi yang dituangkan dalam dokumen “Prosedur Tetap [Protap] Tanggap Darurat Bencana Gunung Kelud Kabupaten Blitar” pada Oktober 2013yang tujuannya adalah untuk:
         Menghimpun kekuatan yang tersedia di tingkat kabupaten hingga kecamatan dalam pelaksanaan kesiapsiagaan dan penanganan darurat bencana Gunung Kelud.
         Mempersingkat waktu tanggap khususnya pada masa krisis yang memiliki waktu relatif singkat.
         Mengurangi dampak negatif akibat bencana yang timbul secara cepat, tepat, efektif, dan efisien dengan mengutamakan sumberdaya lokal.
Komunikasi yang efektif juga dibangun agar informasi dari pusat langsung bisa sampai kepada masyarakat, Salah satunya adalah seperti yang terlihat dari terbentuknya jaringan komunikasi radio HT di Kecamatan Gandusari yang diberi nama BBS Mitra [Babinsa Mitra]. Sebuah komunitas amatir radio yang dikepalai oleh Danramil Gandusari dan terdiri dari para Babinsa [Bintara Pembina Desa] beserta komponen masyarakat terkait. Pemerintah Kabupaten nBlitar juga mempersiapkan tempat evakuasi di 4 kecamatan yang diprediksi menjadi daerah terdampak erupsi sebagai berikut:

1.      Kecamatan Nglegok : 24 tempat evakuasi, daya tampung 29.100 jiwa
2.      Kecamatan Gandusari : 12 tempat evakuasi, daya tampung 10.028 jiwa
3.      Kecamatan Garum : 15 tempat evakuasi, daya tampung 6.700 jiwa
4.      Kecamatan Ponggok : 12 tempat evakuasi, daya tampung 7.700 jiwa

Untuk menunjang aktivitas di tempattempat evakuasi tadi juga telah berhasil dipersiapkan sarana dan prasarana pendukung sebagai berikut:


Semua ini dilakukan untuk memberikan rasa aman kepada masyarakat yang terdampak erupsi Keluda dan mengurangi dampak kerusakan serta korban yang mungkin berjatuhan. Sebelum Kelud erupsi, telah dilakukan pemasangana tanda-tanda dan jalur evakuasi ditempat yan startegis agar masyarakat mengerti kemana mereka harus mengungsi.
2.3.2 Tanggap Darurat
Sejak ditetapkan naiknya status Gunung Api dari Waspada ke Siaga, warga sudah meninggalkan tempat tinggalnya untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman, sehingga letusan yang terjadi 1 jam 45 menit dari ditetapkannya status Awas tidak menimbulkan korban jiwa. Salah satunya adalah penduduk Dusun Margomulyo di Desa Sugihwaras Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, merupakan desa yang terletak paling dekat dengan kawah Kelud. Sejak Gunung Kelud ditetapkan statusnya menjadi SIAGA, masyarakat dipacu kesadarannya untuk lebih siaga dan memahami karakter gunung serta mematuhi himbauan pemerintah untuk mengungsi. Kesiapsiagaan penduduk yang bermukim di kaki Gunung Kelud ini, patut dijadikan contoh.
 Komunikasi radio dengan HT adalah salah satunya. Komunitas radio, seperti Orari sangat membantu meningkatkan kesiapsiagaan dan evakuasi warga ke tempat yang lebih aman dalam waktu singkat. Selain itu, radio komunitas juga sangat membantu dalam memberikan informasi kepada masyarakat. Seperti halnya di Kelud terdapat radio komunitas bernama Kelud FM yang didirikan pada pertengahan tahun 2010, untuk menyuarakan kabar aktual aktivitas Gunung Kelud dalam situasi waspada, siaga atau awas yang berasal dari berita Pusat Vulkanologi, Mitigasi dan Bencana Geologi [PVMBG].
Gunungapi Kelud berbentuk strato, secara administratif terletak di tiga Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur dan secara geografis terletak pada posisi 7º 56’ 00” LS, 112º 18’ 30” BT dengan ketinggian puncak 1.731 meter di atas permukaan laut. Aktivitas terakhir terjadi pada tahun 2007 diawali dengan peningkatan aktivitas kegempaan dan diakhiri dengan erupsi efusif pada tanggal 3 - 4 November 2007 berupa kubah lava ditengah danau kawah dengan volume kubah sebesar 16,2 juta m³. Pada 13 Februari 2014 pukul 22.50 WIB, erupsi terjadi lagi.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana [BNPB] Syamsul Maarif yang berada di lokasi bencana erupsi terjadi, mendapatkan telepon dari Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono yang memberikan arahan pada Jumat, 14 Februari 2014 pukul 06.05 WIB sebagai berikut :
1.      Kepala BNPB agar menangani dampak erupsi Gunung Kelud dengan memperkuat atau mendampingi Pemda Kabupaten Blitar, Kediri dan Malang.
2.      Penuhi semua kebutuhan pengungsi.
3.      Gubernur Jatim telah diperintahkan merapat ke daerah untuk memberikan bantuan.
4.      Pastikan ke PVMBG apakah letusan ini yang terbesar atau akan ada letusan berikutnya.
Kemudian, Kepala BNPB langsung menginstruksikan Deputi dan Direktur di jajaran BNPB untuk segera menindaklanjutinya, dengan pengerahan potensi nasional untuk memberikan pendampingan kepada Pemda Jatim dan Pemda Kabupaten Blitar, Malang, dan Kediri, yakni dari BNPB, TNI, Polri, KemenPU, Basarnas, Kemensos, Kemenkes dan Kemenhub. Bantuan yang diberikan antara lain bantuan logistik dan peralatan,bantuan pendanaan, bantuan administrasi dan manajerial serta pembersihan abu pasir di jalan, rumah dan lingkungan.


Tanggap darurat bencana menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengansegera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, prasarana dan sarana. Hal ini diperkuat oleh Peraturan Bupati Nomor 188/60/409.012/KPTS/2014 tentang Penetapan Status Keadaan Komando Tanggap Darurat dan Perpu Siaga Darurat Bencana Nomor : 188/59/409.012/KPTS/2014. Kegiatan tanggap darurat erupsi Gunung Kelud di Kabupaten Blitar dimulai pada tanggal 13 Februari 2014 pukul 22.50 WIB yaitu pada saat terjadierupsi atau setelah sekitar 1 jam 35 menit setelah ditetapkan status Gunung Kelud dari Siaga menjadi Awas. pada tanggal 13 Februari 2014 pukul 16.00 WIB, Bupati Blitar telah memerintahkan pelaksanaan evakuasi kepada warga berdampak [radius 10 km dari Puncak Gunung Kelud] di empat kecamatan yaitu Kecamatan Garum, Kecamatan Nglegok, Kecamatan Gandusari dan Kecamatan Ponggok.
Wilayah terdampak letusan Gunung Kelud di Kabupaten Blitar sebanyak tiga kecamatan yaitu tiga desa di kecamatan Ponggok, empat desa di Kecamatan Nglegok, tiga desa di Kecamatan Garum dan tujuh desa di Kecamatan Gandusari.

Terdapat 16 desa yang terdampak secara langsung dalam radius 5-10 km dari puncak gunung Kelud. Berdasarkan data Sensus Penduduk 2010 yang dilakukan oleh BPS, 16 desa terdampak yang berada di 4 [empat] kecamatan di Kabupaten Blitar dihuni oleh lebih dari 115 ribu penduduk. Warga mengungsi ditempat yang telah ditentukan sebelumnya yang tersebar di 63 titik evakuasi yang telah disepakati. Jumlah pengungsi di 63 lokasi pengungsian pada saat erupsi Gunung Kelud tersebar di 4 [empat] kecamatan mencapai 32.846 jiwa.
TNI dalam hal ini Kodim dan Polres memberikan bantuan mobil truck yang telah disediakan di tempat-tempat yang telah ditetapkan apabila terjadi letusan Gunung Kelud, dan dibantu dengan mobil truck yang dimiliki oleh warga setempat, sehingga memudahkan proses evakuasi saat terjadi letusan Gunung Kelud. Untuk kebutuhan makan selama 1 x 24 jam swadaya masyarakat yang meliputi kelurahan setempat dan camat setempat bergotong-royong untuk menyediakan pangan untuk kebutuhan pengungsi dan ini dilakukan secara spontan. BPBD dan PMI bekerjasama memberikan sarana air bersih di tempat pengungsian pada saat tanggap darurat bencana dan pasca tanggap darurat. Hal ini terbukti dengan adanya mobil keliling berupa tanki air yang berkeliling secara bergiliran di wilayah kelurahan dan kampung kampung yang terdampak bencana Kelud. Dampak dari letusan ini pada wilayah Kabupaten Blitar menyebabkan rumah rusak sebanyak 104 unit di Desa Sumbersari, 70 unit di kampung Bledak dan 18 unit di Kampung Kali Kuning Desa Penataran dan 1 unit di Desa Bacem, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


Sarana serta fasilitas umum yang rusak selain rumah adalah balai umum, fasilitas peribadatan dan fasilitas pendidikan. Fasilitas peribadatan yang rusak terjadi di dua desa dengan rincian 3 unit di Desa Sumbersari dan 2 unit di Desa Penataran. Sedangkan untuk fasilitas pendidikan 2 unit di desa Sumbersari dan untuk fasilitas lainya berupa dua unit kantor perkebunan di Desa Penataran.
Sarana dan prasarana untuk penyelamatan penduduk sudah memadai semua, namun masih terdapat beberapa kampung di Kecamatan Gandusari yaitu Kampung Aceh Bawah dan Kampung Aceh Atas, cukup mengalami kesulitan yang berarti karena akses jalan sangat terbatas, terbukti saat turun hujan jalan akses yang menghubungkan akses Kampung Aceh Bawah dan Kampung Aceh Atas terputus dikarenakan pasca bencana letusan Gunung Kelud, mengalirnya lahar dingin di sungai yang menghubungkan Kampung Aceh Bawah dan Kampung Aceh Atas. Kampung Aceh Atas merupakan kampung yang lokasinya kurang lebih 5 km dari kawah, dan tentu ini sangat berbahaya jika terjadi lagi lentusan Gunung Kelud di kemudian hari.
Secara kelembagaan, pemerintahnKabupaten Blitar telah membentuk BadannPenanggulangan Bencana Daerah [BPBD]nyang bertugas mengkoordinasikan berbagaibkegiatan khususnya antar instansi dalam rangka penanggulangan bencana.




                                                                                       

2.3.3 Pasca Bencana
Pasca letusan, pemerintah Kabupaten Blitar melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah [Bappeda] melakukan Musyawarah Perencanaan Pembangunan [Musrenbang] yang diadakan pada tanggal 6 Maret 2014, dengan salah satu tema yang diangkat mengenai penanggulangan bencana. Kerusakan yang ditimbulkan oleh letusan Gunung Kelud di wilayah Blitar tidak begitu parah, sehingga kegiatan perbaikan rumah dan fasilitas umum dilakukan oleh swadaya masyarakat dibantu oleh aparat TNI, Polri dan pemerintah setempat. Genting yang rusak diganti dengan genting yang disuplai oleh pemerintah setempat dan dilakukan perbaikan dalam kegiatan karya bhakti ini. Pemulangan pengungsi yang dilakukan pada tanggal 20 Februari 2014, saat status Gunung Kelud diturunkan dilakukan kegiatan karya bhakti di masing-masing permukiman agar penduduk dapat langsung menempati rumah mereka. Selain kegiatan ini penduduk juga diberi bantuan pangan untuk mencukupi kebutuhan mereka selama beberapa hari ke depannya.

Sesuai dengan instruksi dari Gubernur Jawa Timur, bahwa rehab rekon diselesaikan dalam jangka waktu dua minggu, untuk kabupaten Blitar dapat selesai sebelum dua minggu karena tidak adanya kerusakan yang parah dan banyak penduduk yang memperbaiki rumah mereka sendiri. Selain itu perbaikan juga dilakukan untuk memperlancar kembali saluran air ke rumah-ru,ah masyarakat yang rusak akibat letusan, perbaikan ini dilakukan dengan menyambung kembali pipa yang patah dan mengganti dengan yang baru apabila pipa tidak dapat digunakan kembali.

Harap Berkomentar Yang Baik Ya.
EmoticonEmoticon