Kamis, 23 Maret 2017

Sejarah Kehidupan Manusia Purba Sangiran



Sejarah Kehidupan Purba Sangiran
Hingga saat ini telah ditemukan lebih dari 13.685 fosil; 2.931 fosil ada di Museum Sangiran, sisanya disimpan di gudang penyimpanan (sragen.go.id). Luas situs Sangiran mencapai 56 km2 yang meliputi tiga kecamatan di Kabupaten Sragen (Kecamatan Gemolong, Kalijambe, dan Plupuh) serta satu kecamatan di Kabupaten Karanganyar, yaitu Gondangrejo

Dari kelompok fosil binatang air, kita bisa melihat Crocodillus sp (buaya), ikan dan kepiting, gigi ikan hiu, Hippopotamus sp. (kuda nil), Mollusca (kelas Pelecypoda dan Gastropoda ), Chelonia sp (kura-kura), dan foraminifera. Masih ada batu-batuan (meteorit/taktit, kalesdon, diatome, dll.) serta alat bantu dari batu (serpih dan bilah, serut dan gurdi, kapak persegi, bola batu, dan kapak perimbas-penetak).
Hal ini dapat disimpulkan bahwa evolusi kehidupan di Sangiran berkembang dari kehidupan neritik – transisi – sampai pada lingkungan darat. Hal ini dapat terlihat dari kedapatan fosil pada formasi batuan yang ada. Formasi batuan yang paling tua dengan komposisi batuan berupa batuan karbonat menandakan bahwa lingkungan pengendapan berupa lingkungan laut neritik. Kemudian formasi batuan diatasnya merupakan batuan pasir tufan diaotoma yang menandakan lingkunga pengendapan darat maupun transisi. Pada formasi batuan paling muda, ditemukan fosil mahluk hidup dengan lingkungan darat berupa homo erectus, gajah purba, kuda air, dll.

Sejarah Kehidupan Manusia Purba Sangiran
Manusia purba (prehistoric people) adalah jenis manusia yang hidup jauh sebelum dtiemukannya tulisan. Manusia purba diyakini telah mendiami bumi sejak sekitar 4 juta tahun yang lalu. Namun demikian, para ahli sejarah meyakini bahwa jenis manusia pertama telah ada di muka bumi ini sekitar 2 juta tahun yang lalu. Karena lamanya waktu, sisa-sisa manusia purba sudah membatu atau berubah menjadi fosil. Oleh karena itu, manusia purba juga sering disebut manusia fosil. Manusia purba adalah jenis manusia yang hidup pada zaman pleistosen yang mempunyai ciri-ciri yang sangat sederhana baik bentuk fisik, kecerdasan, maupun tongkat peradabannya. Baca kembali artikel Zaman Kuarter pertama
Dilihat dari ciri-cirinya, manusia purba mempunyai volume otak yang lebih kecil dari manusia modern sekarang. Untuk mengetahui kehidupan manusia purba di Indonesia ada dua cara, yaitu sebagai berikut :
1.             Dengan melalui sisa-sisa tulang manusia, hewan, tumbuhan yang telah membatu (fosil).
2.             Dengan melalui peninggalan peralatan dan perlengkapan kehidupan manusia sebagai hasil budaya manusia, seperti alat-alat rumah tangga, bangunan, perhiasan atau senjata.

Selama 1,5 juta tahun telah terjadi 3 tingkatan evolusi Homo Erectus di Jawa. Sangiran telah memberikan 2 bukti tahap evolusi Homo Erectus yang paling tua, yaitu Homo Erectus Arkaik (1,5-1 juta tahun yang lalu) dan Homo Erectus Tipik (0,9-0,3 juta tahun yang lalu). Satu tingkatan yang lebih muda yaitu Homo Erectus Progresif (0,2-0,1 juta tahun yang lalu)
1.                       Homo Erectus Arkaik
Merupakan tipe yang paling tua, ditemukan pada lapisan lempung hitam Formasi Pucangan dan grenzbank di Sangiran, serta pasir vulkanik diantara Pening (Mojokerto). Tipe ini menunjukkan tipe yang paling arkaik dan kekar dengan volume otak sekitar 870 cc.
2.                       Homo Erectus Tipik
Tipe ini merupakan tipe yang lebih maju dibandingkan dengan tipe arkaik, merupakan bagian terbanyak dari Homo Erectus di Indonesia, sebagian besar ditemukan di Sangiran, dan  lainnya ditemukan di Trinil (Ngawi), Kedungbrubus (Madiun), Patiayam (Kudus), dan sejak tahun 2011 ditemukan pula di Semedo (Tegal). Kontruksi tengkoraknya masih ramping, meskipun dahi masih landai dan agak tonggos. Kapasitas otak sekitar 1.000 cc
3.                       Homo Erectus Progresif
Merupakan jenis yang paling maju, sebagian besar ditemukan pada endapan aluvial di Ngandong (Blora), Selopuro (Ngawi), dan pada endapan vulkanik di Sambungmacan (Sragen). Volume otak sudah mencapai 1.100 cc, dengan atap tengkorak yang lebih tinggi dan lebih membudar.

Homo Erectus bermigrasi ke kepulauan Indonesia sekitar 1 juta tahun yang lalu. Ketika itu Sumatra, Jawa, dan Kalimantan bergabung dengan Benua Asia menjadi daratan luas yang disebut Paparan Sunda. Di daratan itu terbentuk koridor sabana daari semenanjung Malaya hingga Kalimantan dan Jawa. Beberapa sungai purba mengalir di Paparan Sunda yang kiniberada di bawah laut Jawa. Diduga Homo Erectus bermigrasi melalui alur sabana dan lembah sungai purba, karena itu dapat dipastikan banyak bukti-bukti keberadaanya kini ada di dasar lautan.
Hingga kini masih terjadi perdebatan mengenai kapan Homo Erectus mulai tinggal di Jawa. Ada ahli yang berpendapat sejak 1,8 juta tahun yang lalu. Namun lebih banyak ahli yang berpendapat Homo Erectus mulai menghuni pulau Jawa pada 1 jutan tahun yang lalu.
Homo Erectus di Indonesia juga dianggap sebagai manusia purba yang istimewa, karena mereka menjadi manusia pertama yang beradaptasi pada lingkungan kepulauan, terutama ketika air laut pasang dan menenggelamkan sebagian Paparan Sunda. Apalagi mereka telah terbukti berhasil melayari selat selat sempit di antara pulau-pulau di Nusa Tenggara hingga akhirnya menghuni Indonesia. Temuan fosil Homo Erectus yang cukup banyak di Indonesia dapat memberikan memberikan gambaran perkembangan bertahap atau evolusi di dalam genus Homo Erectus itu sendiri, mulai yang amat purba (arkaik), tipik, maupun yang paling maju (progresif).
Fosil-fosil Homo Erectus di Indonesia khususya dari Ngandong, menunjukkan ciri-ciri yang berlanjut ke Homo Sapiens, sehingga beberapa ahli berpendapat bahwa tidak hanya Homo  Erectus di Afrika yang dapat berevolusi menjadi Homo Sapiens, tetapi juga Homo Erectus di Indonesia mungkin saja berevolusi menjadi Homo Sapiens yang kemudian menurunkan orang Aborijin Australia.

Harap Berkomentar Yang Baik Ya.
EmoticonEmoticon